Jakarta, CNBC Indonesia - Penulis buku terkenal, Robert Kiyosaki, telah mengungkapkan bagaimana peran seorang ayah dapat berdampak besar pada keberhasilan anak dalam mengelola keuangan. Dalam bukunya yang terkenal, Rich Dad Poor Dad, Kiyosaki menggali perbedaan mendasar antara dua sosok ayah yang mewakili pola pikir orang kaya dan miskin. Apa sajakah perbedaan tersebut? Berikut adalah rangkuman yang menyoroti perbedaan antara keduanya.
Uang dan Pendidikan
Perbedaan pandangan pertama terletak pada konsep pendidikan. Ayah miskin percaya pada pendidikan tradisional, sementara ayah kaya meyakini pentingnya pendidikan finansial. Ayah miskin beranggapan bahwa pendidikan formal dan pekerjaan dengan jaminan finansial adalah kunci kesuksesan. Di sisi lain, ayah kaya percaya bahwa literasi keuangan adalah langkah utama untuk mencapai kebebasan finansial.
Filsafat Keuangan
Pola pikir mengenai uang juga menjadi faktor penentu. Ayah miskin beranggapan bahwa "uang adalah akar segala kejahatan," sedangkan ayah kaya berpandangan bahwa "kekurangan uang adalah akar segala kejahatan." Pandangan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan dan kekurangan dalam hal keuangan justru menjadi sumber masalah yang nyata, bukan uang itu sendiri. Kiyosaki mendorong untuk memahami dan mengelola uang dengan bijak sebagai solusi atas masalah keuangan.
Pekerjaan dan Cara Pandang Terhadap Keberhasilan
Dalam hal pekerjaan, ayah miskin berorientasi pada keamanan kerja dengan tujuan mendapatkan pekerjaan yang stabil. Sebaliknya, ayah kaya mengembangkan pola pikir kewirausahaan dan menyadari bahwa pekerjaan adalah solusi jangka pendek. Ayah kaya memotivasi anak-anaknya untuk berpikir kreatif dan bertanya kepada diri mereka, "Bagaimana saya mampu membelinya?" daripada sekadar berpikir dalam batasan apa yang tidak mampu mereka beli.
Aset dan Kewajiban
Selain itu, pemahaman tentang aset juga menjadi titik fokus penting. Ayah miskin sering kali salah mengartikan kewajiban sebagai aset dan tidak menaruh perhatian pada pengembangan aset yang menghasilkan pendapatan. Ayah kaya menekankan pentingnya memperoleh aset dan mengenali perbedaan antara aset dan liabilitas. "Orang kaya memperoleh aset, sementara masyarakat miskin dan kelas menengah cenderung memperoleh liabilitas tetapi menganggapnya sebagai aset," ujar Kiyosaki.
Edukasi dan Pembelajaran dari Pengalaman
Ketika membahas pendidikan, ada perbedaan signifikan antara kedua ayah ini. Ayah miskin menghargai pendidikan formal dan prestasi akademis, sedangkan ayah kaya lebih menekankan pengalaman praktis dan belajar langsung dari dunia nyata. Kiyosaki menyoroti bahwa pendidikan terbaik berasal dari pengalaman, bukan hanya dari di dalam kelas.
Risiko dan Pertumbuhan Keuangan
Dalam konteks risiko, ayah miskin cenderung menghindari mengambil risiko, sedangkan ayah kaya berargumen bahwa risiko yang diperhitungkan adalah penting untuk pertumbuhan finansial. Kiyosaki berkata, "Untuk bertumbuh, Anda harus mengambil risiko." Mengambil risiko yang diperhitungkan, bila dilakukan secara cerdas, bisa menjadi kunci untuk membuka peluang dan keuntungan finansial yang lebih besar.
Perjuangan Keuangan dan Pemecahan Masalah
Pada umumnya, ayah miskin sering kali mengeluhkan masalah keuangan tanpa melakukan upaya untuk mengubah situasi, sementara ayah kaya melihat setiap kesulitan sebagai peluang untuk belajar. Menurut Kiyosaki, "Ada pelajaran finansial di balik setiap perjuangan yang kita hadapi." Yang utama adalah mempelajari pelajaran tersebut dan berupaya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Pajak, Perusahaan, dan Strategi Keuangan
Bahasanya juga mencakup pandangan tentang pajak. Ayah miskin cenderung membayar pajak dengan patuh tanpa memikirkan keuntungan yang bisa didapat dari memiliki perusahaan. Sebaliknya, ayah kaya memahami seluk-beluk pajak dan memanfaatkan struktural perusahaan untuk keuntungan maksimal, menunjukkan betapa pentingnya pendidikan finansial dalam pengambilan keputusan keuangan yang bijak.
Kesimpulan
Walaupun ayah miskin memiliki pendidikan tinggi dan bekerja keras, mereka masih menghadapi hambatan finansial, sedangkan ayah kaya mampu membangun dan mempertahankan kekayaan berkat pemahaman mendalam tentang uang, investasi, dan bisnis. Rintangan tradisional belajar dan kerja keras tidak selalu menjadi penentu keberhasilan finansial. Kiyosaki menekankan bahwa edukasi keuangan dan kemampuan mentransformasi pemahaman tersebut menjadi tindakan nyata adalah faktor penentu kesuksesan.
Perbedaan antara ayah kaya dan ayah miskin ini mengingatkan kita akan pentingnya pendekatan yang tepat terhadap pengelolaan keuangan.